Oleh: Teuku Saifuddin Alba

Tanggal 17 Agustus 2025, genap 80 tahun sudah usia kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di setiap penjuru negeri, bendera Merah Putih berkibar megah. Lagu-lagu perjuangan berkumandang. Sekolah, instansi pemerintah, hingga pelosok kampung merayakan hari besar ini dengan semarak.

Namun di balik gegap gempita perayaan, marilah kita sejenak merenung: apa arti kemerdekaan bagi kita hari ini?

Bukan Hanya Seremoni, Tapi Perjuangan yang Tak Boleh Usai

Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan berdarah para pahlawan. Mereka tidak bertanya apa yang akan mereka dapatkan, melainkan apa yang bisa mereka korbankan demi anak cucu bangsa. Mereka lapar bukan karena diet, mereka haus bukan karena panas, tapi karena perjuangan melawan penjajahan.

Lalu, apakah kita hari ini hanya akan membalasnya dengan upacara, lomba makan kerupuk, dan karnaval satu hari? Bukankah terlalu murah bila pengorbanan nyawa dibayar dengan seremonial belaka?

Merdeka Tapi Masih Terjajah

Mari kita jujur pada diri sendiri. Benarkah kita sudah benar-benar merdeka?

Rakyat kecil masih terjajah oleh kemiskinan. Di pedalaman dan pelosok negeri, masih banyak anak-anak yang tak bisa sekolah karena tak punya seragam atau ongkos. Masih ada keluarga yang makan sekali sehari, bahkan kurang.

Petani dan nelayan terjajah oleh harga dan tengkulak. Mereka bekerja keras tapi hidup tetap susah.

Pemuda kita terjajah oleh budaya instan dan kehilangan identitas. Bangga dengan budaya luar tapi tak kenal dengan sejarah bangsanya sendiri.

Pejabat publik sebagian malah menjadi penjajah baru, menindas rakyat dengan korupsi, janji palsu, dan rakus kekuasaan.

Merdeka Sejati: Ketika Semua Merasa Dilindungi dan Dipedulikan

Merdeka adalah ketika setiap warga negara merasa aman, merasa adil, merasa dipedulikan oleh negara. Merdeka adalah saat rakyat bisa bersuara tanpa takut dibungkam. Merdeka adalah saat buruh mendapat upah yang layak, petani dihargai hasil taninya, nelayan diberi kemudahan melaut, dan anak-anak bisa sekolah tanpa khawatir soal biaya.

Merdeka sejati bukan soal kebebasan bicara saja, tapi soal keberanian untuk berkata benar, membela yang lemah, dan menegakkan keadilan walau sulit.

Menjadi Pahlawan Hari Ini

Jika dulu pahlawan berjuang mengangkat senjata, hari ini kita bisa menjadi pahlawan dengan cara lain: menjadi guru yang jujur, petani yang gigih, pejabat yang bersih, wartawan yang berani menyuarakan kebenaran, serta warga yang tak ikut-ikutan menyebar hoaks dan kebencian.

Mari kita isi kemerdekaan ini dengan karya, bukan hanya kata. Dengan empati, bukan hanya euforia. Dengan solidaritas, bukan hanya selebrasi.

Penutup: Jangan Pernah Lupa

80 tahun Indonesia merdeka. Tapi perjuangan belum selesai. Jangan pernah lelah mencintai negeri ini. Jangan pernah lupa bahwa Merah Putih di dada bukan sekadar kain—ia adalah darah dan air mata para pendahulu kita.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *