7641e47a-7cdc-41ce-9679-229705acf912

Disusun oleh:

M.Tegar Alzaer Tama, Pradana, dan Aldi Saputra.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Semester 5, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Tridinanti (Unanti) Palembang. Kamis 23 Oktober 2025

Palembang, Mataelangindonesia.com — DI Palembang bukan hanya dikenal sebagai kota yang kaya budaya dan sejarah, tetapi juga sebagai surga kuliner dengan ikon legendarisnya: pempek. Namun, di era digital yang terus berkembang, pesona pempek kini tidak hanya tercium di dapur-dapur rumah makan, tapi juga di layar ponsel masyarakat seluruh Indonesia.

Fenomena terbaru, yaitu Pempek Tumpah, telah menjadi bukti nyata bahwa inovasi kuliner lokal mampu beradaptasi dengan zaman. Sajian yang memadukan pempek dengan kuah cuko melimpah dan topping kekinian ini bukan sekadar tren kuliner, melainkan representasi dari lahirnya generasi baru wirausaha digital di Palembang.

Dari Tradisi ke Transformasi Digital

Bertahun-tahun lamanya, UMKM kuliner Palembang bergantung pada promosi dari mulut ke mulut dan pelanggan lokal. Namun kini, dengan kekuatan digitalisasi, para pelaku usaha kecil dapat menjangkau pasar nasional.

Melalui media sosial, marketplace, dan terutama TikTok Live, pelaku kuliner mampu mengubah cara berjualan. Mereka tidak lagi menunggu pelanggan datang, justru menghadirkan suasana jualan langsung ke layar masyarakat.
Seorang pedagang pempek kini bisa tampil di hadapan ribuan penonton secara live, memamerkan proses pembuatan pempek, menyapa penonton, hingga menutup transaksi secara real-time.

Inilah wujud nyata transformasi kewirausahaan di Palembang: menggabungkan cita rasa tradisi dengan kekuatan teknologi digital.

TikTok Live dan Gaya Baru Berjualan

Fenomena Pempek Tumpah Live di TikTok menunjukkan betapa besar pengaruh algoritma media sosial terhadap ekonomi lokal.
Dengan gaya khas wong kito yang santai dan humoris, para penjual sukses menarik perhatian penonton dari berbagai daerah. Interaksi yang terjadi terasa personal sehingga penonton tertawa, bertanya, lalu langsung membeli.
Bahkan, beberapa penjual mengaku bahwa satu sesi live bisa menghasilkan ratusan pesanan hanya dalam hitungan jam.
Model pemasaran ini jauh lebih efektif dan hemat dibandingkan promosi konvensional. Yang dijual bukan hanya produk, tetapi juga pengalaman, interaksi, dan keaslian.

Dukungan Pemerintah dan Komunitas Digital

Kesuksesan digitalisasi kuliner tidak bisa berdiri sendiri. Pemerintah Kota Palembang melalui program Palembang Berdaya, Palembang Sejahtera bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan pelatihan dan dukungan bagi UMKM agar melek teknologi dan keuangan digital.

Selain itu, komunitas seperti Palembang Digital turut berperan aktif memberikan pelatihan tentang strategi branding, pengemasan produk, hingga penggunaan platform digital.
Langkah-langkah ini penting agar pelaku UMKM tidak sekadar ikut tren, tetapi memahami cara memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan jangka panjang.

Tantangan yang Mengintai

Namun, di balik kesuksesan tersebut, masih ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi:

1. Literasi Digital
Masih banyak pelaku usaha yang belum terbiasa menggunakan teknologi, baik untuk promosi maupun transaksi online.

2. Kualitas dan Konsistensi Produk
Lonjakan pesanan akibat viral di media sosial sering kali tidak diimbangi dengan kontrol kualitas dan pengemasan yang baik.

3. Persaingan Ketat
Dengan semakin banyaknya penjual pempek online, pelaku usaha harus mampu menciptakan diferensiasi agar tidak tenggelam di pasar digital.

4. Keamanan Transaksi
Perlindungan data pelanggan dan kepercayaan dalam bertransaksi masih menjadi tantangan besar di dunia daring.
Langkah Nyata untuk UMKM Kuliner Digital

Agar transformasi digital benar-benar berkelanjutan, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah perlu memperluas pelatihan digital marketing secara rutin, universitas dapat menjadi mitra riset dan inovasi, sementara komunitas digital membantu pelaku usaha memahami algoritma media sosial.

Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan antara lain:

1. Membangun program pendampingan konten untuk UMKM kuliner.

2. Memberikan insentif digitalisasi seperti potongan ongkir atau bantuan promosi online.

3. Mendorong penggunaan QRIS dan sistem pembayaran terintegrasi untuk mempercepat transaksi.

4. Menyusun standarisasi mutu produk kuliner online agar kepercayaan konsumen tetap terjaga.

Kesimpulan: Dari Sungai Musi ke Dunia Maya

Digitalisasi bukan ancaman bagi kuliner tradisional Palembang, justru menjadi jembatan agar warisan rasa ini tetap hidup di era modern.
Pempek Tumpah hanyalah awal dari perjalanan panjang kuliner Palembang menuju panggung digital nasional.
Jika inovasi, semangat, dan kolaborasi terus berjalan, Palembang bukan hanya dikenal sebagai kota pempek, tetapi juga sebagai pusat wirausaha digital Sumatera Selatan sebagai tempat di mana tradisi dan teknologi berpadu menghasilkan cita rasa yang tak lekang oleh waktu. (Adi Simba)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *