WhatsApp Image 2025-05-31 at 20.24.24

Mediamataelangindonesia.com-Wilayah Pulau Weh
Sabang –Sabtu Malam Minggu,31 Mei 2025 Di tengah Suasana aktivitas Malam di Kota Sabang, seorang lelaki tua dengan langkah pelan namun mantap tampak Membawa dagangannya. Dialah Pak Haji Sarung, pria sepuh berusia 80 tahun yang menjadi legenda hidup di kalangan masyarakat Sabang karena ketekunannya berdagang makanan khas daerah.

Berasal dari Aceh Jaya, Pak Haji Sarung telah menetap di Sabang sejak masa mudanya. Di era 1970-an, beliau dikenal sebagai sopir KP 4 BS Sabang, yang kala itu beroperasi dalam aktivitas perdagangan dan transportasi kawasan Freeport Sabang. Di masa itu, Sabang dikenal sebagai zona perdagangan bebas yang menjadi tumpuan harapan ekonomi Aceh.

Namun seiring waktu dan perubahan zaman, Pak Haji Sarung memilih jalan hidup yang lebih sederhana namun penuh makna: menjadi pedagang keliling Jaja makanan khas Sabang. Setiap hari, sejak menjelang Malam, ia telah bersiap di kediamannya di kawasan Kota Ateuh Pasar Pagi, mempersiapkan berbagai sajian tradisional seperti Kerupuk -Kerupuk, hingga Makanan-makanan khas yang kian sulit ditemukan seiring berkurangnya generasi pembuatnya.

“Ini bukan soal jualan saja,” ujarnya pelan, sembari merapikan bungkusan yang Masih Di Dalam Plastik. “Saya cuma ingin orang-orang masih bisa mencicipi rasa Sabang yang asli, rasa yang saya kenal dari kecil.”

Dengan Berjalan Waktu Kesederhanaan yang sudah menemaninya bertahun-tahun, Pak Haji Sarung menyusuri jalanan Kota Sabang, dari Pasar Pagi hingga gang-gang kecil yang ramai di hari pasar. Suaranya yang khas dan sapaan akrabnya membuat pelanggan merasa seperti keluarga sendiri. Banyak dari mereka memanggil beliau dengan hormat, “Ayah Haji” atau “Pak Haji.”

Yang menarik, meski usianya telah menginjak delapan dekade, semangatnya tak pernah luntur. Ia masih melakukan semua proses sendiri Atau Titipan Dari Pengusaha UMKM Yang menyiapkan Beberapa bungkusan, hingga menjajakan. Semua dilakukan dengan penuh ketelatenan, warisan nilai kerja keras yang ia pegang teguh sejak muda.

“Tenaga boleh tua, tapi semangat jangan sampai mati,” ujarnya sambil tersenyum. “Saya bangga bisa hidup dari keringat sendiri, dan bisa tetap memberi manfaat untuk orang lain, meski hanya lewat makanan.”

Bagi warga Sabang, kehadiran Pak Haji Sarung lebih dari sekadar pedagang. Ia adalah simbol kegigihan dan penjaga nilai-nilai tradisi. Di saat banyak anak muda lebih memilih bekerja di luar daerah, Pak Haji tetap setia dengan jalannya: mengenalkan dan menjaga kuliner Sabang dari sudut jalanan kota.

Kini, beberapa komunitas lokal mulai menyadari pentingnya peran orang-orang seperti Pak Haji Sarung. Ada rencana untuk mendokumentasikan kisah hidupnya sebagai bagian dari warisan budaya tak benda Sabang, serta mendorong generasi muda untuk belajar darinya—bukan hanya tentang resep makanan, tapi juga tentang filosofi hidup yang sederhana namun dalam makna.

Pak Haji Sarung bukan hanya pedagang keliling—beliau adalah penjaga rasa, waktu, dan sejarah. Di usia senjanya, beliau terus melangkah, menyusuri jalanan Sabang, membawa cita rasa masa lalu untuk generasi hari ini.

Demikian Laporan Pantauan Mei-Kabiro Sabang-Novi Karno

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *