WhatsApp Image 2025-08-01 at 14.54.52

Mediamataelangindonesia.com-Wilayah Pulau Weh
SABANG, 1 Agustus 2025 – Di ujung barat Indonesia, berdiri Sabang—sebuah kota yang bukan sekadar batas geografis, tetapi simbol awal negeri ini. Di sinilah titik Nol Kilometer berdiri, menyapa Nusantara dari barat. Sabang bukan hanya kota, tapi seharusnya menjadi pintu gerbang pusat perdagangan dan pariwisata internasional yang strategis dan berkelas dunia.

Namun kenyataan hari ini berkata lain. Sabang, yang dahulu digagas sebagai Pelabuhan Bebas, justru seakan tertinggal jauh dari potensi yang dijanjikan. Status “bebas” hanya tersisa dalam dokumen dan papan nama, tetapi fungsinya nyaris lumpuh di lapangan. Fasilitas ada, lokasi strategis dimiliki, namun geliat ekonomi tak kunjung hidup.

Lalu, di mana sebenarnya letak kendalanya?

Pelabuhan Bebas: Konsep Besar yang Belum Terwujud Sempurna

Pelabuhan Bebas semestinya menjadi kawasan terbuka untuk arus barang, jasa, dan manusia. Di banyak negara, pelabuhan bebas adalah mesin ekonomi yang menyerap investasi, mendorong perdagangan ekspor-impor, dan menciptakan lapangan kerja dalam skala besar.

Sabang telah diberi keistimewaan itu. Tapi hingga kini, implementasinya masih tersendat. Birokrasi berbelit, minimnya konektivitas antar moda, serta kurangnya dukungan sistem logistik yang efisien menjadi penghambat utama. Belum lagi tumpang tindih aturan dan kebijakan yang justru menyulitkan pelaku usaha untuk datang dan menetap.

Masalahnya bukan pada visi, tapi pada eksekusi. Bukan pada potensi, tapi pada keberanian untuk memanfaatkan peluang.

Sabang adalah Pintu Barat Nusantara, Bukan Halaman Belakang

Sudah saatnya kita berpikir jernih dan bertindak nyata. Sabang tidak bisa dibiarkan terus seperti ini. Pelabuhan Bebas bukan sekadar status, tetapi harus menjadi ruang hidup ekonomi baru bagi Indonesia. Di sinilah seharusnya kapal-kapal asing bersandar, di sinilah pusat bongkar muat internasional bisa berlangsung tanpa hambatan. Di sinilah seharusnya zona perdagangan bebas berdetak—cepat, bersih, dan efisien.

Namun semua itu tidak akan terjadi jika kita terus berputar dalam retorika, tanpa ada perubahan sistemik di lapangan. Yang dibutuhkan adalah pemangkasan hambatan, keterbukaan sistem, dan kemudahan akses untuk dunia usaha—agar Sabang tidak hanya dikenal sebagai titik wisata KM 0, tapi juga sebagai terminal ekonomi Indonesia di jalur pelayaran dunia.

Kembalikan Fungsi Pelabuhan Bebas ke Akar Tujuannya

Pelabuhan Bebas Sabang seharusnya mempermudah, bukan mempersulit. Menyederhanakan, bukan memperumit. Melayani, bukan menghambat. Ini bukan soal proyek, anggaran, atau institusi. Ini soal kesiapan membuka ruang gerak dan kepercayaan kepada pelaku usaha untuk menjadikan Sabang sebagai pangkalan ekonomi maritim.

Tanpa keseriusan dan kejujuran dalam menghidupkan fungsi dasarnya, status Pelabuhan Bebas hanya akan menjadi simbol kosong. Sabang tidak butuh janji, tapi butuh sistem yang berjalan. Butuh dukungan nyata dari pelaku pelayaran, perdagangan, dan wisata dunia yang merasa benar-benar diterima dan difasilitasi, bukan dicurigai atau dipersulit.

Saatnya Bertindak: Bangkit Bersama untuk Sabang yang Hidup

Sabang punya satu keunggulan yang tak dimiliki daerah lain: lokasi strategis di jalur pelayaran internasional. Satu kapal besar yang singgah bisa membuka ratusan pintu rezeki. Jika Pelabuhan Bebas hidup, maka hotel, restoran, toko, bengkel, dan pasar rakyat akan ikut hidup. Ekonomi lokal akan berputar. Tenaga kerja lokal akan terserap. Martabat kota akan terangkat.

Untuk itu, dibutuhkan satu kata kunci: kemauan bersama. Kemauan untuk menyederhanakan sistem, memperkuat infrastruktur pelabuhan, mempermudah akses kapal asing, dan memberi kenyamanan bagi arus dagang internasional. Semua bisa dicapai jika tidak ada lagi ego sektoral dan kepentingan sempit.

Sabang bukan tempat yang dilupakan, tapi tempat yang harus dihidupkan kembali.

Pelabuhan Bebas Sabang bukan mimpi. Ia nyata, dan bisa diwujudkan. Tapi tidak cukup hanya dengan papan nama dan jargon. Yang dibutuhkan adalah gerakan bersama, kesadaran kolektif, dan sistem yang benar-benar berpihak pada kemajuan.

Mari kita bangkitkan kembali denyut Pelabuhan Bebas Sabang. Bukan untuk masa lalu, tapi untuk masa depan Indonesia di panggung maritim dunia.

NaraSumber : Zainal

Demikian Laporan
Pantauan Media Mata Elang Indonesia Com Wilayah Sabang Di Lapangan Oleh Kabiro-(Mj Eric Novi Amelia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *