WhatsApp Image 2025-08-12 at 08.12.04

Banda Aceh, 12 Agustus 2025
Delapan dekade sudah Indonesia merdeka. Namun kemerdekaan bukan sekadar usia yang ditandai dengan angka. Ia adalah proses, perjalanan, dan perjuangan tanpa henti untuk berdiri sepenuhnya di atas kaki sendiri, dari politik hingga pangan, dari budaya hingga ekonomi.

Dalam momentum 17 Agustus 2025, Patriot Bela Nusantara (PBN) hadir menyuarakan kembali semangat kemerdekaan yang sejati: kemandirian dalam ketahanan pangan, kekuatan dalam ekonomi nasional, dan kejayaan dalam panggung internasional.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh, Drs. M.
Isa Alima, menyampaikan bahwa ulang tahun kemerdekaan yang ke-80 ini harus dimaknai lebih dalam. “Kita tak bisa selamanya merdeka secara simbolik, tetapi rapuh dalam kebutuhan dasar. Kemerdekaan yang sejati adalah ketika bangsa ini bisa memberi makan rakyatnya sendiri dengan hasil bumi sendiri,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Senin (12/8).

Swasembada Pangan: Pilar Kemandirian Bangsa

Isa Alima menegaskan, swasembada pangan bukan hanya target pembangunan, ia adalah harga diri bangsa. Tanah yang luas, laut yang kaya, dan petani yang ulet adalah berkah yang harus dimaksimalkan. Namun, kedaulatan atas pangan tak akan terwujud bila bangsa ini masih menggantungkan hidupnya pada produk impor dan rantai pasok asing.

“Negara besar tak bisa terus berharap pada kebaikan negara lain. Kita harus berdiri di ladang sendiri, menanam di tanah sendiri, dan memetik hasil untuk generasi sendiri. Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya.”

PBN mengajak seluruh elemen bangsa, dari desa hingga kota, dari pemuda hingga pemerintah, untuk menjadikan tahun ke-80 kemerdekaan ini sebagai tahun kebangkitan pangan nasional.

Bukan hanya soal beras dan jagung, tapi bagaimana negeri ini mengelola hasil laut, peternakan, hortikultura, dan produk lokal dengan sentuhan teknologi dan tata kelola modern, agar kita tak hanya mandiri, tapi juga kompetitif dan berdaulat.

Ketahanan Nasional Menuju Indonesia Emas

Ketahanan pangan tak berdiri sendiri. Ia adalah fondasi ketahanan nasional, yang terhubung langsung dengan stabilitas sosial, ekonomi, bahkan politik. Bangsa yang lapar akan mudah dipecah. Bangsa yang bergantung akan sulit bersuara.

Menuju Indonesia Emas 2045, Isa Alima yang juga Ketua ASWIN Aceh menekankan pentingnya membangun sistem yang kokoh dan berkeadilan, di mana hasil bumi tidak dikuasai oleh segelintir, dan di mana petani menjadi pahlawan yang dihormati, bukan korban sistem yang dimiskinkan.

“Kemandirian pangan adalah pertahanan tanpa senjata. Ia lebih kuat dari pasukan, karena ia menumbuhkan ketenangan, kesejahteraan, dan harga diri bangsa.”

Indonesia Semakin Berwibawa di Mata Dunia

PBN juga memberikan apresiasi atas arah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang dinilai tegas, konsisten, dan berpihak pada kekuatan nasional. Di bawah arahan beliau, wajah Indonesia mulai berubah di mata dunia:
Bukan lagi negara berkembang yang ragu, tapi negara besar yang berdaulat, berwibawa, dan disegani.

“Indonesia bukan sekadar pemain. Kita harus jadi pemimpin regional dan global, dan itu dimulai dari ketahanan dalam negeri: pangan, energi, dan ekonomi. Itulah yang akan membuat dunia menghargai kita,” lanjut Isa Alima.

Tujuh Belasan yang Membakar Harapan Baru

Tujuh belas Agustus bukan hanya hari libur nasional, bukan hanya waktu menaikkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Ini adalah hari renungan dan pernyataan tekad bersama.

Bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah, harus dilanjutkan dengan kerja dan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Bahwa negeri ini tidak ditakdirkan menjadi pasar selamanya, tapi pusat kekuatan pangan, ekonomi, dan budaya di Asia Tenggara.

Bahwa bangsa ini tidak diciptakan untuk tunduk, tapi untuk memimpin, memberi, dan menginspirasi.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80

Dari Aceh hingga Papua, dari petani di sawah hingga pemimpin di istana, mari kita jaga kemerdekaan ini dengan kemandirian, ketahanan, dan kebangkitan.

Karena 80 tahun merdeka bukan akhir dari perjuangan.
Ia adalah gerbang megah menuju Indonesia Emas, tutup Isa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *