
BANDA ACEH I 26 Juli 2025 — Kasus yang mengguncang nurani kembali terjadi di Aceh Selatan. Seorang siswi SMA diduga dijadikan korban eksploitasi seksual komersial dan dipaksa menjadi pekerja seks komersial (PSK) oleh jaringan perdagangan manusia. Dalam perkembangan kasus ini, aparat kepolisian telah mengamankan tiga orang yang diduga terlibat dalam praktik bejat tersebut.
Menanggapi kabar ini, Drs. Isa Alima, seorang tokoh yang dikenal sebagai pemerhati sosial, budaya, dan kepentingan rakyat Aceh, menyampaikan kecaman keras terhadap peristiwa ini.
“Ini bukan hanya kriminal, ini adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai luhur masyarakat Aceh. Anak-anak adalah amanah, bukan komoditas. Apa yang terjadi di Aceh Selatan adalah tamparan keras bagi kita semua — keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah,” tegas Isa Alima dalam pernyataan resminya, Sabtu (26/7).
Lebih lanjut, Isa Alima menyerukan kepada semua pihak, khususnya Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta aparat penegak hukum, untuk tidak hanya menangkap pelaku, tapi juga membongkar jaringan dan akar permasalahan yang menyebabkan anak di bawah umur bisa terjerat dalam lingkaran gelap ini.
“Kita harus bicara soal pencegahan, pendidikan nilai moral, penguatan ekonomi keluarga, hingga pengawasan sosial. Ini bukan hanya soal hukum, tapi soal keadaban bersama,” lanjutnya.
Isa Alima juga mendesak adanya perlindungan dan pemulihan psikologis yang maksimal bagi korban agar dapat kembali ke kehidupan yang bermartabat.
“Korban bukan hanya butuh perlindungan hukum, tapi juga pemulihan martabat. Ia bukan aib, melainkan korban dari sistem yang gagal menjaga masa depannya.”
Sebagai tokoh yang aktif menyuarakan isu-isu keacehan, Isa Alima mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk kembali memperkuat fungsi keluarga, mewaspadai ancaman perdagangan manusia, dan tidak menormalisasi budaya permisif terhadap eksploitasi anak.
“Aceh adalah negeri syariat, tapi kita tidak akan menjadi negeri yang berkah jika membiarkan kezaliman terjadi pada generasi mudanya.”@